Selamat
malam, Akberians!
Sabtu
sore terik menjelang turunnya hujan mencipta hawa yang berbeda, hawa yang
memanas yang sore tadi memenuhi kafe baca di jalan adhyaksa cukup mengompori
semangat Akberians untuk berdiskusi di kelas #AkberMks43 bersama Kak Nandar dan
Kak Cora mengenai kota lama Makassar. Kelas sore ini cukup membawa kita
memasuki ruang waktu menuju Makassar dulu. Mengenal kondisi Makassar kala abad
ke-19 bahkan abad ke-17nya. Setuju dengan Kak Cora, yang mengatakan beliau tidak bernostalgia tapi mewarisi heritage kota lama karena kita tidak berada pada masa lalu itu untuk kemudian dikenang di masa sekarang. hihi..
Semangat belajar! ;) |
Bidik
pandang untuk kelas kota Makassar kali ini tidak hanya ke arah perkembagan arsitektur
bangunan dan tata kotanya. Beberapa juga dibahas tentang sejarah dari Makassar
dan Kerajaan Makassar yang merupakan nama lain dari Kerajaan Gowa sebagai
pembuka oleh kak Nandar di kelas sore tadi. Bersamaan dengan teman-teman
Akberians yang berdatangan, kelas semakin “hidup” apa lagi mereka ingin ikut
berbagi pengalaman mengenai Makassar kala itu.
Dari
kelas sore ini, ada beberapa tempat yang baru saya kenali baik namanya,
wujudnya, pun sejarahnya. Tidak rugi memang yah ngikut, secara ini tentang kota
sendiri. Hehe..
Objek
warisan bukan objek arisan merupakan tag
line yang coba diperkenalkan kak Cora pada awal pembawaan materinya. Keren.
Tag line tersebut berkaitan dengan
beralih fungsinya atau digantinya beberapa bangunan karena faktor ekonomi. Entah
ekonomi siapa. Bersama dengan Kak Nandar dan Akberians yang ikut kelas sore
tadi, ada banyak bangunan lama di Kota Makassar yang dibahas.
Selain
membahas tentang Fort Rotterdam yang cukup terkenal itu, juga dibahas tentang
beberapa tempat yang telah beralih fungsi bahkan berubah wujud samapi ke
akar-akarnya. Padahal dulunya bagus. Tapi karena renovasi, atau tata kota, atau
investor, atau ekonomi, atau apalah mereka pun berubah. Semisal “menghilangnya”
benteng kecil Makassar yang bernama Vrendeburg yang kemudian digantikan dengan
Bank BNI Sudirman. Selain itu juga sejarah menarik dari lapangan karebosi yang
ternyata dulunya adalah tempat untuk berlatih menembak, tempat itu bernama
Konings Plein. Tapi ada juga yang tidak berubah semisal gedung Societeit de Harmonie
yang rupanya kurang lebih masih sama hanya saja berubah fungsi dari tempat
persinggahan prajurit Belanda setelah berlayar menjadi gedung kesenian. Then, sebelum gembar-gembor masuknya
apartemen di Makassar, ternyata dulunya Makassar punya Apartemen mini yang
hanya dua lantai bernama Apartemen Sarang Lebah. Daaannn masih banyak lagi
tempat-tempat yang diperkenalkan dan digali sejarahnya pada kelas sore tadi. Tapi,
perlu diketahui bahwa arsitektur kota lama Makassar tidak hanya didominasi oleh
Belanda dan Jepang, tapi juga Portugis dan penduduk lokalnya juga punya andil.
Berubahnya rupa Gereja Catedral |
Sebenarnya,
dengan ditiadakannya bangunan-bangunan terdahulu, cukup mengkerdilkan khasanah
sejarah pemilik kota itu jika ingin lebih tahu tentang kotanya. Apalagi, jika
berubah jauh dari fungsinya. Padahal, dengan adanya bangunan pada masa lalu,
setidaknya dapat memicu pertanyaan untuk tahu lebih banyak dari dimulai dengan
bertanya “itu bangunan apa?” mungkin karena bentuknya yang berbeda. Pasti akan
menjadi warisan yang berharga. Seandainya, Kota Makassar ingin memegang nilai
penting sejarah dari tempat-tempat tersebut.
Sekian
review untuk kelas hari ini, oh iya tolong dibagikan yah kalau Akberians punya
info menarik mengenai bangunan yang bernilai sejarah lainnya di Makassar baik
yang masih ada atau pun yang mungkin sudah beralih fungsi. Sampai ketemu di
kelas Selanjutnya. Berbagi bikin Happy!