Kamis, 29 Mei 2014

Bermain dengan Material dalam Arsitektur



Hola, Akberians lama ndak ngepost. hehe.. 
Sore kemarin, AkberMks kedatangan dosen arsitektur di IPB dan juga arsitek di Urban Indonesia, Bapak Ahmad Tardiyana atau yang lebih akrab disapa Bapak Apep (mimin sok akrabji) buat ngisi kelas dadakan #Akber46. Meskipun kelas agak ngaret karena pematerinya ternyata masih ada meeting, tapi ada maknanya juga yah, mimin, volunteers dan akberians lainnya bisa kenal sama beberapa arsitek keren yang juga datang kemarin. Hihi..



Materi pokok yang dibawakan oleh Pak Apep dalam kelas kali ini lebih kepada material, arsitektur, dan tradisi membangun. Hm, menurut beliau sebenarnya para arsitek sekarang ini dibanjiri dengan pilihan  material yang semakin beragam. Tapi sayangnya, tidak diimbangi dengan berkembangnya tradisi membangun.
 Sekarang ini arsitek mulai mudah mengeskplorasi bentuk-bentuk arsitek dengan adanya Computer Aided Designed, namun hal tersebutlah yang diduga memicu  adanya jarak antara material dengan tradisi membangun. Sementara itu, di belahan dunia sana, tradisi membangun dan material sudah sanggup menyelaraskan diri. Kita masih kurang dapat melihat keterkaitan antara material dan pengetahuan saat kita ingin membangun. Banyak material yang digunakan diimpor dari negara nun jauh di sana, bukan dari material yang ada di sekitar. Sementara kultur dan tradisi membangun orang-orang dahulu justru dapat dilakukan dengan sebaliknya. Kita masih tergagap-gagap dengan pengetahuan material yang ada sekarang ini, sehingga nampaknya kita tidak memiliki tradisi bentuk-bentuk material sendiri.  Padahal, kita memiliki potensi untuk itu. 

Bangunan Kafe di Vietnam yang mengguanakn material bambu
  
Material mambu  misalnya yang merupakan material yang bisa sangat menjanjikan. Meskipun material tersebut harus disokong dengan teknologi pengawetan. Semisal bangunan kafe di Vietnam yang telah menggunakan bambu sebagai materialnya. Meski bukan hal yang mudah memilih bamboo sebagai material sebuah bangunan, karena diameter dan kelenturan bamboo yang berbeda-beda membuatnya menjadi material yang tidak dapat “menurut” dengan lembar kerja. Akan tetapi, kelenturan-kelenturan yang dimiliki bamboo tersebut justru dapat menghasiulkan arsitek bangunan yang berbeda dari bangunan yang bermaterial lain.
Indonesia sebenarnya dapat dengan mudah memanfaatkan bamboo sebagai material bangunan dan membuat tradisi membangun dengan bamboo tersebut karena Indonesia memiliki berbagai jenis bamboo, hanya saja bamboo sekarang ini semakin sulit didapatkan dan pelestarian terhadap bamboo kurang serius dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar