Bapak Herman Heizer (sumber gambar: bugisposonline.com) |
Kali ini berkenaan dengan lembaga survei..
Jengjengjengjengg..
Lembaga survei dewasa ini bukanlah
hal yang cukup tabu lagi. Mereka kerap kali muncul dengan berbagai data di
media massa. LSI (Lembaga Survei Indonesia) adalah lembaga survei pertama yang
ada di Indonesia pada Agustus 2003. Bapak Herman Heizer yang kini menjabat
sebagai direktur di CRC (Celebes Research Center) adalah mantan anggota tim
Survei LSI daerah pemilihan Sulawesi dan Maluku dan pada Sabtu, 2 Maret kemarin
mengisi kelas “Memahami Politik Melalui Lembaga Survei” bertempat di lantai 5 gedung miring Telkomsel. Bapak satu anak ini
banyak berbagi pengetahuan kepada akberians mengenai kinerja lembaga survei dan
apa saja yang disurvei oleh lembaga survei. Merupakan sebuah kerugian bagi yang
tidak datang mengikuti kelas Pak Herman Heizer ini.
Dulunya, lembaga survei belum
memeroleh kepercayaan dari beberapa politisi dan berbagai akademisi, karena
dianggap bahwa sangat tidak mungkin pendapat masyarakat dapat dihitung hanya
dengan pendekatan kuantitafi seperti itu. Hingga pada pemilihan langsung yang
berlangsung pada tahun 2005, lembaga survei yakni LSI membuktikannya. Kini,
lembaga survei seolah menjadi barometer yang cukup penting bagi setiap politisi
untuk melihat kondisi politik di masyarakat.
Bagaimana survei politik dilakukan?
Apakah semua masyarakat disurvei? Jawabannya, tidak semuanya. Cukup beberapa
kalangan masyarakat yang disurvei sebagai samplenya. Survei dilakukan dengan
mewawancarai beberapa orang yang dipilih secara acak dan mewakili beberapa
kalangan yang dilihat dari etnik, agama, gender, umur, daerah dan lain
sebagainya. Survei tidak hanya dilakukan satu kali saja untuk memastikan hasil survei
yang lebih akurat karena opini public bisa berubah-ubah yang dipengaruhi oleh
kerja-kerja kampanye/ tim pemenangan. Tetapi suvei hanya bisa dilakukan pada
saat itu saja, artinya hanya untuk pemilu yang berlangsung di periode tersebut
saja, bukan untuk memprediksi pemilu periode yang akan datang.
Bapak Herman saat Memberikan Materi |
Lalu bagaimana kinerja quick qount atau perhutungan cepat oleh
lembaga survei dilakukan saat pemilihan umum tengah berlangsung? Hampir sama
dengan proses wawancara yang dilakukan oleh beberapa orang, proses perhitungan
cepat dilakukan dengan memilih beberapa TPS per kabupaten atau daerah yang
telah ditunjuk khusus sebagai perwakilan penghitungan suara, lalu didata dan
dihitung dengan pendekatan kuantitatif.
Kendala yang terkadang muncul dalam
lembaga survei adalah mengenai masalah human eror. Kepercayaan sangatlah
penting untuk menjadi anggota tim survei. Survei harus betul-betul
dilakasanakan dan ditujukan lansung kepada orang-orang yang telah ditentukan,
bukan sekenanya saja. Berpegang dengan ungkapan “sampah yang masuk, sampah juga
yang keluar” artinya keburukan dalam hal ini ketidak jujuran anggota tim survei
hanya akan menghasilkan ketidak falidan hasil. Sebuah lembaga survei harus
memegang komitmen sebagai lembaga yang jujur, bersih dan memerhatikan quality control serta tidak gampang
terpengaruh oleh berbagai godaan. Harus melaporkan hasil sesuai fakta yang ada.
Kejujuran suatu lembaga survei harus dipegang dengan baik untuk menjaga
kepercayaan kliennya. Hasil baik ata
pun hasil buruk harus dilaporkan secara jujur kepada kliennya.
Sebagian besar klien dari beberapa
lembaga survei yang ada adalah kandidat-kandidat parpol yang ingin “maju”
sebagai calon dalam sebuah pemilihan umum. Beberapa partai politik juga memilih
bekerja sama dengan partai politik untuk memudahkan mereka membaca startegi
politik untuk masyarakat. Partai politik menggandeng lembaga survei juga untuk
melihat siapa yang berpeluang untuk maju sebagai perwakilan partainya di
pemilihan umum, jadi bukan hanya melihat kedekatannya dengan ketua parpol
tersebut saja.
Melalui survei, ada beberapa yang
cukup memengaruhi pilihan masyarakat pada pemilihan umum selain etnis, agama,
umur, gendre, dan daerah, yaitu isu, evaluasi, partai, leadership, evaluasi
government, party id, dan ekonomi politik. Beberapa kriteria tersebut
setidaknya cukup memengaruhi penilaian masyarakat. Faktor yang cukup kuat
memengaruhi adalah faktor etnis dan kedaerahan karena alasan tersebut beberapa
calon pemimpin yang ingin mencalonkan diri pada pemilihan umum menggaet
pasangan (wakil)nya yang cukup luas mewakili kedua faktor tersebut. Evaluasi
government juga cukup memengaruhi karena dalam beberapa pemilihan umum yang
telah banyak berlansung, sekitar 85% dimenangkan kembali oleh incumbent.
Kedudukan lembaga survei dalam hal
ini adalah sebagai pemotret secara objektif tentang perilaku politik di suatu
daerah dan melihat peta politik dan lingkungan, dan tidak bisa digunakan
sebagai alat untuk memengaruhi opini publik. Keberhasilan suatu partai politik
bergantung dari bagaimana timnya menangkap dan melempar isu dengan tepat.
Tim survei yang ditunjuk bukan hanya
sekadar untuk mengukur kondisi politik pra pemilihan melainkan pasca pemilihan
juga cukup penting untuk melihat keefektifan kebijakan yang diberikan oleh
pemimpin yakni mengecek janji-janji politik per enam bulan. Lembaga survei
menjadi media untuk mendengarkan persepsi masyarakat tentang kinerja
pemimpinnya yang didata secara jujur dan dilaporkan secara jujur, bagaiamana
pun hasilnya.
Menurut hasil survei, kecenderungan
orang untuk terlibat dalam kegiatan politik entah pemilihan legislative atau
pun pemimpin daerah semakin meningkat. Sementara ketertarikan masyarakat
terhadap pemilihan lansung terus menurun, contohnya Sulawesi Selatan yang mengalami
penurunan minat pemilih atau yang golput hingga 45% pada pemilihan Gubernur
beberapa bulan yang lalu.
Cukup banyak informasi yang diperoleh
dalam kelas ini. Cukup banyak juga saya berkata “Oo” dalam kelas ini. Hm,
sebenarnya kalau meraa tertarik dibidang mensurvei ini, akberians bisa mencoba
ikut bergabung dengan mnghubungi Bapak Herman melalui emailnya di: hermanheizer16@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar