Hola,
Akberians! Lama tidak bertemu, kali ini ada review kelas Documentary Film
Makingnya kak Diki Umbara di Woodsy Gab Urip. Seru dong yah, kelasnya. Diisi
juga oleh dua contoh film dokumenter yang disuguhkan kak Diki yaitu yang tetang
pamflet sedot wc di Jakarta dan ada juga dokumenter tentang keris.
Akberians Lagi Serius Memerhatikan Penjelasan Kak Diki |
Kak
Diki banyak menjelaskan tentang pengalaman-pengalamannya dalam pembuatan film
dokumeter, dan tentu sambil membagi ilmunya tentang film dokumenter. Jadi, ada
dua jenis karya film yaitu yang fiksi dan non-fiksi. Film fiksi bersifat the director is god sementara non fiksi
memiliki sifat the god is director. Film
dokumenter termasuk ke dalam karya non-fiksi yang idenya telah ada yang bahkan
terbentuk dari ide-ide sederhana yang cukup ringan, tapi tetap memberi
informasi kepada penontonnya.
Berbeda
dengan sinetron, atau layar lebar, kru di film dokumenter tidak perlu terlalu
banyak, karena seorang kru bisa merangkap lebih dari satu pekerjaan, sehingga
kru pada film dokumenter bahkan hanya hingga 3 orang saja. Berbeda dengan kru sinetron
dan layar lebar yang bisa mencapai 10-40 orang lebih. Tidak hanya jumlah kru
yang berbeda, melainkan naskah dan durasi film dokumeter juga berbeda. Film dokumenter
tidak memakai satu naskah melainkan ada dua naskah, yaitu pre-skrip dan
postkrip karena terkadang ada perubahan saat pengumpulan informasi dari
narasumber. Durasi yang digunakan dalam pengambilan gambar juga tidak serta merta
dapat dengan mudah ditakar begitu saja, harus memerhatikan banyak kondisi yang
mungkin tidak dapat ditebak saat pengambilan gambar.
Ada
pun tahapan pembuatan film dokumenter, yaitu penentuan ide, penentuan gagasan,
pengumpulan riset, penyusunan alur cerita, penyusunan desai produksi, proses
shooting, dan proses editing. Pengumpulan riset sangatlah penting dilaksanakan
agar cerita yang dibuat lebih kuat dan tentu terbebas dari kesan dibuat-buat. Film
dokumenter juga memiliki alur cerita yang menjadi nyawa cerita dan menjaga agar
penonton tidak merasa bosan. Pada bagian desain produksi, hal-hal yang
diperhatikan adalah mengenai perkiraan durasi pembuatan film, kepentingan
pembuatan film, tempat penayangan, dan mengenai budget.
Penjelasan Tentang Tahapan Pembuatan Film Dokumenter |
Perencanaan
budget yang dibuat harus dibuat dengan secermat mungkin sesuai dengan kondisi atau
proses shooting. Proses shooting cukup dipengaruhi oleh hasil riset yang
didapatkan. Karena riset yang didapatkan akan membantu membentuk
gagasan-gagasan sebelum proses pengambilan gambar di lapangan. Saat turun ke
lapangan untuk memulai produksi sambil mengumpulkan riset, bersosiologi
cukuplah penting yakni mengetahui watak narasumber dan keadaan psikologinya, serta
memerhatikan budaya atau tempat shooting. Untuk lebih dekat dengan narasumber
perlu pendekatan yang pelan-pelan, karena tidak semua orang gampang untuk
memberi informasi yang diharapkan, dan bisa juga dengan melibatkan orang lokal
dalam proses produksi agar lebih memudahkan mengenal kebudayaan orang-orang
sekitar yang berpotensi sebagai narasumber.
Berbeda
dengan berita yang bersifat objektif dan melihat kepada dua sisi yaitu yang pro
dan kontra, film dokumenter lebih bersifat subjektif yang hanya melihat kepada satu
sisi saja yaitu pemikiran sang sutradara. Sesuai dengan salah satu fungsi film dokumenter
yaitu mentrijer orang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu,
tapi tetap harus mempertahankan fakta yang ada dan terbebas dari kisah yang
dibuat-buat.
Oke,
teman-teman itu tadi review kelas hari ini, anyway
tadi kak Diki ngeinfoin kalau akan ada lomba film dokumenter yang bertema
budaya yang akan dilaksanakan di Bali dua bulan mendatang, selebihnya cek di
akun twitternya @dikiumbara. Buat yang mau belajar lebih banyak lagi, silakan
terus buka blognya kak Diki di http://dikiumbara.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar