Rabu, 06 Februari 2013

Documentary Film Making

Hola, Akberians! Lama tidak bertemu, kali ini ada review kelas Documentary Film Makingnya kak Diki Umbara di Woodsy Gab Urip. Seru dong yah, kelasnya. Diisi juga oleh dua contoh film dokumenter yang disuguhkan kak Diki yaitu yang tetang pamflet sedot wc di Jakarta dan ada juga dokumenter tentang keris.
Akberians Lagi Serius Memerhatikan Penjelasan Kak Diki
Kak Diki banyak menjelaskan tentang pengalaman-pengalamannya dalam pembuatan film dokumeter, dan tentu sambil membagi ilmunya tentang film dokumenter. Jadi, ada dua jenis karya film yaitu yang fiksi dan non-fiksi. Film fiksi bersifat the director is god sementara non fiksi memiliki sifat the god is director. Film dokumenter termasuk ke dalam karya non-fiksi yang idenya telah ada yang bahkan terbentuk dari ide-ide sederhana yang cukup ringan, tapi tetap memberi informasi kepada penontonnya.
Berbeda dengan sinetron, atau layar lebar, kru di film dokumenter tidak perlu terlalu banyak, karena seorang kru bisa merangkap lebih dari satu pekerjaan, sehingga kru pada film dokumenter bahkan hanya hingga 3 orang saja. Berbeda dengan kru sinetron dan layar lebar yang bisa mencapai 10-40 orang lebih. Tidak hanya jumlah kru yang berbeda, melainkan naskah dan durasi film dokumeter juga berbeda. Film dokumenter tidak memakai satu naskah melainkan ada dua naskah, yaitu pre-skrip dan postkrip karena terkadang ada perubahan saat pengumpulan informasi dari narasumber. Durasi yang digunakan dalam pengambilan gambar juga tidak serta merta dapat dengan mudah ditakar begitu saja, harus memerhatikan banyak kondisi yang mungkin tidak dapat ditebak saat pengambilan gambar.
Ada pun tahapan pembuatan film dokumenter, yaitu penentuan ide, penentuan gagasan, pengumpulan riset, penyusunan alur cerita, penyusunan desai produksi, proses shooting, dan proses editing. Pengumpulan riset sangatlah penting dilaksanakan agar cerita yang dibuat lebih kuat dan tentu terbebas dari kesan dibuat-buat. Film dokumenter juga memiliki alur cerita yang menjadi nyawa cerita dan menjaga agar penonton tidak merasa bosan. Pada bagian desain produksi, hal-hal yang diperhatikan adalah mengenai perkiraan durasi pembuatan film, kepentingan pembuatan film, tempat penayangan, dan mengenai budget.
Penjelasan Tentang Tahapan Pembuatan Film Dokumenter
 Perencanaan budget yang dibuat harus dibuat dengan secermat mungkin sesuai dengan kondisi atau proses shooting. Proses shooting cukup dipengaruhi oleh hasil riset yang didapatkan. Karena riset yang didapatkan akan membantu membentuk gagasan-gagasan sebelum proses pengambilan gambar di lapangan. Saat turun ke lapangan untuk memulai produksi sambil mengumpulkan riset, bersosiologi cukuplah penting yakni mengetahui watak narasumber dan keadaan psikologinya, serta memerhatikan budaya atau tempat shooting. Untuk lebih dekat dengan narasumber perlu pendekatan yang pelan-pelan, karena tidak semua orang gampang untuk memberi informasi yang diharapkan, dan bisa juga dengan melibatkan orang lokal dalam proses produksi agar lebih memudahkan mengenal kebudayaan orang-orang sekitar yang berpotensi sebagai narasumber.
Berbeda dengan berita yang bersifat objektif dan melihat kepada dua sisi yaitu yang pro dan kontra, film dokumenter lebih bersifat subjektif yang hanya melihat kepada satu sisi saja yaitu pemikiran sang sutradara. Sesuai dengan salah satu fungsi film dokumenter yaitu mentrijer orang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, tapi tetap harus mempertahankan fakta yang ada dan terbebas dari kisah yang dibuat-buat.
Oke, teman-teman itu tadi review kelas hari ini, anyway tadi kak Diki ngeinfoin kalau akan ada lomba film dokumenter yang bertema budaya yang akan dilaksanakan di Bali dua bulan mendatang, selebihnya cek di akun twitternya @dikiumbara. Buat yang mau belajar lebih banyak lagi, silakan terus buka blognya kak Diki di http://dikiumbara.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar